Minggu, 31 Juli 2011

BAGIAN – BAGIAN RUMAH TRADISIONAL JAWA


Bangunan Tradisional Jawa memiliki  3 elemen bangunan yaitu;
a. Kaki terdiri dari Bebatur ( Fondasi ), Jerambah / Jogan ( Lantai ) dan Umpak  
b. Badan terdiri dari Saka ( Tiang ), Dinding, Pintu, Jendela  dan Ventilasi  
c. Kepala terdiri dari Rangka Atap, Langit – langit dan Penutup Atap

TANDA PERLETAKAN KAYU BANGUNAN

Pada pembuatan rumah tradisional Jawa ada aturan dengan memasangkan konstruksi kayu bangunan sesuai arah yang ditentukan dengan mengukir simbol pada kayu seperti berikut;


1.BAGIAN KAKI
A.Bebatur ( Fondasi )

Bebatur ( Fondasi ) adalah Bagian paling dasar pada kaki bangunan yang berfungsi sebagai penahan utama bangunan, penyetabil bangunan dan meninggikan serta menyamakan permukaan Jerambah / Jogan ( Lantai ) sehingga air atau kotoran yang berasal dari permukaan tanah tidak masuk kedalam bangunan.

Bebatur ada dua macam yaitu;

a. Bebatur  tradisional yang menggunakan susunan batu bata
b. Bebatur modern menggunakan fondasi batu kali dan diperkuat dengan balok beton















B.1. Umpak



Umpak adalah batu penyangga Saka ( Tiang ) yang dipasang setelah proses bebatur ( Fondasi ) selesai dan diletakkan diatas bebatur ( Fondasi ). 

Umpak berfungsi untuk menahan gaya dari atas yang melalui Saka ( Tiang ), menahan gaya geser pada bangunan serta agar Saka ( Tiang ) tidak berhubungan langsung dengan lantai sehingga  kotoran, rembesan air, kelembaban tanah yag berasal dari bawah tidak merusak Saka ( Tiang )selain itu juga untuk memperindah bangunan.

Umpak berbentuk Bulat dan Segi – n ( Segi 4, Segi 5, dst  dimana semakin banyak seginya menambah keindahan ) dengan motif utama berupa Padma / Seroja / teratai yang merupakan lambang kesucian sehingga diharapkan bangunan yang didirikan senantiasa kokoh.

Hubungan antara umpak dengan Saka ( Tiang ) disambungkan dengan sambungan “purus lubang” sehingga hubungan diantara keduanya tidak akan lepas akibat adanya gaya dari atas maupun gaya  dari samping atau gaya geser.

Umpak dibuat dengan  batu hitam. Karena batu ini kokoh, kuat dan tidak mudah terpengaruh lingkungan sekitar serta mudah untuk dibentuk. Umpak ini biasanya dibuat oleh para maesan ( pengrajin kijing ) ataupun para pengrajin  patung batu .

Ukuran umpak tergantung dari ukuran Saka ( Tiang yang akan dipasang ). Namun pada umumnya ukuran umpak berkisar antara 15 x 20 hingga 75 x 100 cm.

B.2. Ceblokan


Ceblokan adalah sistem memasang Saka ( Tiang ) langsung kedalam Jerambah / Jogan ( lantai ) dan berhubungan langsung dengan bebatur ( Fondasi ).

Pada system ini ujung kayu Saka ( Tiang ) yang masuk kedalam  Jerambah / Jogan ( Lantai ) sebelum berhubungan langsung dengan Bebatur ( Fondasi ), Kayu dilapisi dengan tir / aspal kemudian dibungkus ijuk atau plastik, hal ini dilakukan agar kayu Saka ( Tiang ) yang masuk kedalam Jerambah / Jogan ( Lantai ) tidak kemasukan air atau kotoran yang bias merusak kayu, serta pada bagian paling bawahnya diberi batu sebagai stabilisatornya.

C. Jerambah / Jogan ( Lantai )

Jerambah / Jogan ( Lantai ) adalah luas kebutuhan bagian dalam bangunan yang meliputi bagian tengah hingga bagian tepi rumah / bebatur ( Fondasi ) yang kedudukannya lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga air atau kotoran yang berasal dari permukaan tanah tidak masuk kedalam bangunan serta menutupi sebagian umpak,  karena setelah umpak terpasang barulah lantainya diurug dengan tanah / pasir hingga menutupi sebagian umpak barulah kemudian dibrug ( diperkeras ) sehingga umpak tahan terhadap gaya dari samping atau gaya geser.

Jerambah / Jogan ( Lantai ) terdiri dari dua macam yaitu;

  • Jerambah / Jogan ( Lantai ) Tradisional dimana hanya terbuat dari urugan tanah atau pasir yang dibrug (  diperkeras saja ). 
  • Jerambah / Jogan ( Lantai ) Modern dimana setelah tanah atau pasir urug selesai dibrug ( diperkeras ) kemudian dilapisi plesteran ( Lapisan yang terdiri dari campuran pasir, semen ,air bahkan adapula yang ditambah kapur ). Kebanyakan sekarang ini setelah diplester  ditambah dengan memasangkan ubin / keramik lantai.

2. BAGIAN BADAN

A. Saka ( Tiang )

Saka ( Tiang ) adalah balok kayu yang dipasang tegak pada sekeliling bangunan dan berfungsi sebagai penopang atau penahan utama pada konstruksi atap bangunan serta sebagai rangka utama pada badan bangunan.

Saka ( Tiang ) ini terbuat dari kayu yang berkualitas. Kayu yang sering digunakan oleh masyarakat biasanya adalah kayu jati, nangka, glugu, dsb. Ukuran Saka ( Tiang ) yang sering digunakan antara 10 x 10 hingga 40 x 40 cm.  Jenis – jenis dan penjelesan konstruksi Saka ( Tiang ) pada bangunan Tradisional Jawa akan dijelaskan lebih lanjut pada bab mengenai Rumah Panggang – Pe, Kampung, Limasan dan Joglo.

B. Dinding

Dinding adalah bagian penutup badan bangunan dan sebagai penutup / penyekat antar “rongrongan” ( Ruangan ).

Pada dinding terdapat 2 macam hubungan antara dinding itu sendiri atau antara dinding dengan Saka ( Tiang ) yaitu;

a. Tekhnik Amplokan / Gapitan / Knockdown


 


Tekhnik Amplokan / Gapitan / Knockdown adalah menyatukan 2 dinding dengan diapit dua buah balok atau menyatukan antara dinding dengan Saka ( Tiang ) dengan mengapit ujung dinding dengan dua buah balok dan balok tersebut dihubungkan dengan Saka ( Tiang ) dengan cara memakukannya atau dibaji / disindik dengan pasak dari kayu / bambu.

b. Tekhnik Sindik

Menghubungkan antar dinding atau menghubungkan antara dinding dengan Saka ( Tiang ) dengan memasangkan pasak dari kayu / bambu.


JENIS – JENIS DINDING

Pada umumnya pada bangunan joglo terdapat 4 macam jenis dinding yang sering digunakan yaitu;

            a.    Dinding Kayu
Dinding kayu adalah dinding bangunan yang terbuat dari bahan poko berupa kayu yang biasanya berupa lembaran kayu yang berukuran ± 2 / 20.
Untuk dinding kayu terdapat dua jenis yaitu ;

a.1. Dinding yang terbuat dari lembar – lembar papan kayu dan disatukan dengan Tekhnik Gapitan.

a.2. Dinding dengan Tekhnik Patang Aring yang sering pula disebut dengan dinding “Gebyok” yaitu dinding yang dibuat dengan “Sistem Panil” dimana dinding terdiri dari 4 buah rimbat yaitu rimbat atas, bawah, tiang kanan dan kiri serta bagian tengahnya dipasang papan kayu. Sebenarnya Patang Aring ini tidak terdiri dari 1 “kerangka panil”, melainkan beberapa kerangka panil dan membentuk satu kesatuan dan membagi menjadi beberapa bagian Patang Aring yang disebut “Tepak”. Untuk Patang Aring yang lengkap terdiri dari 4 Tepak yaitu kiri, kanan, tengah dan atas. Tepak Kiri dan Kanan berupa kesatuan dinding panil kayu. Tepak Tengah berupa pintu / jendela dan Tepak Atas berupa Tebeng ( Ventilasi ).


GambarGebyok Patang Aring Polos



 Gambar gebyok Patang Aring Berukir


       b.   Dinding Anyaman Bambu
      Dinding anyaman bambu adalah dinding yang terbuat dari lembaran anyaman bambu yang ujung lembarnnya digapit bilah bambu.

       c.   Dinding Bata
Dinding bata adalah dinding yang terbuat dari susunan pasangan batu bata dengan susunan ½ / 1 bata.

       d.   Dinding Kotangan
      Dinding Kotangan adalah dinding kombinasi antara dinding kayu dengan dinding bata ataupun antara dinding anyaman bambu dengan dinding bata.


C. Pintu, Jendela dan Tebeng ( Ventilasi )

Pintu adalah lobang untuk tempat keluar masuk kedalam bangunan atau untuk masuk kedalam suatu “rongrongan” ( ruangan )

Jendela adalah lubang tempat keluar masuknya cahaya dan udara segar kedalam bangunan yang bisa dibuka dan ditutup.

Tebeng ( Ventilasi ) adalah lubang tempat keluar masuknya cahaya dan udara yang terletak diatas pintu dan jendela dan selalu dalam keadaan terbuka serta biasanya juga ditambahi elemen dekoratif pada bagian ini.
Jenis Pintu dan Jendela

a.      Inep Siji

Inep Siji adalah jenis pintu / jendela yang terdiri dari satu daun pintu. Jenis Inep siji ini juga ada dua macam yaitu ;

a.1. Monyetan

Monyetan adalah pintu atau jendela yang hanya terdiri dari satu daun pintu yang bisa  dibuka dan ditutup.

a.2. Dhudhan

Dhudhan adalah pintu atau jendela yang hanya terdiri dari satu daun pintu yang bisa dibuka dari dua sisi daun pintu pada bagian atas dan bawahnya.

b.      Inep Loro / Kupu Tarung

Inep Loro adalah jenis daun pintu yang terdiri dari dua daun pintu pada sisi kanan dan kirinya sehingga tampak seperti seekor kupu – kupu oleh karena itu tipe Inep loro ini juga disebut Kupu Tarung.


3. BAGIAN KEPALA

Untuk konstruksi rangka atap pada tiap – tiap bangunan Tradisional Jawa akan dijelaskan pada bab mengenai Rumah Panggang – Pe, Kampung, Limasan dan Joglo.

A. PENUTUP ATAP TAMBAHAN

            1. Rete – rete

Rete – rete adalah Papan kayu yang dibuat pada bagian ujung bawahnya lancip – lancip / seperti susunan segitiga / wajik sebagai ragam hiasnya. Pada umumnya bagian ini dipasang pada bagian depan blandar yang bertujuan agar percikan air serta kotoran tidak mengenai dan merusak blandar. Selain itu Rete – rete juga sering dipasang pada ujung usuk sehingga pada ujung usuk tidak dibuat ragam hias “Ilat – ilatan”, pemasangan ini selain untuk menambah keindahan juga bertujuan agar ujung usuk tidak terkena percikan air dan kotoran karena bagian ujung kayu pada umumnya mudah rusak karena hal ini.

 

2. Empyak


Empyak adalah penutup atap yeng terletak di bawah genteng tepatnya di atas usuk atau dibawah usuk. Empyak ini biasanya terbuat dari papan – papan kayu. Selain itu ada pula yang menggunakan anyaman bambu, triplek bahkan ada yang tidak memakai sama sekali sehingga konstruksi reng beserta genteng terlihat. Bagian ini berfungsi sebagai langit – lagit atau plafond. Dimana konstruksi ini berfungsi sebagai;

a.       Menahan percikan air atau kotoran yang bisa menembus lapisan genteng.
b.      Memperkuat serta menyetabilkan konstruksi penutup atap seperti usuk dan reng.
c.       Menambah keindahan bangunan dalam ( Interior ).


Senin, 25 Juli 2011

RUMAH TEMPAT MENYIMPAN

1. SEPEN
  
Dalam ruangan belakang terdapat ruangan khusus yang digunakan untuk untuk menyimpan barang keluarga yang tidak dipisah dengan bangunan tepat tinggal. Tempat ini juga digunakan untuk menyimpan barang rusak ( abrak ).

2. LUMBHUNG


Tempat menyimpan padi agar tidak terkena kelembaban udara dan  serangan  tikus yang terletak disebelah kiri rumah. Sedangkan yang sudah berbentuk beras dimasukkan kedalam tabung besar yang terbuat dari bambu. Lumbung ini terbuat dari empat buah Saka ( Tiang ) setinggi ± 2 m, dan untuk memasukkan beras harus menggunakan tanggadisebelah Lumbung.

3. KANDHANG


Kandhang adalah tempat untuk tinggal / menyimpan hewan. Untuk hewan jenis lembu / kerbau dan kuda biasanya terletak disebelah kiri rumah. Sedangkan untuk hewan jenis ayam, itik, dsb terletak dibelakang rumah. Kandhang ini berbentuk persegi panjang dengan 9 buah tiang menahan atap dimasukkan bambu / kayu melintang horizontal sebagai pengaman agar binatang tidak lepas. Pada zaman dahulu orang meletakkan benda – benda yang bersifat rahasia seperti perhiasan di kandhang, karena bila ada pencuri masuk kandhang ternak akan gelisah dan bersuara sehingga pencurian akan batal.
 

RUMAH TEMPAT MUSYAWARAH

Dalam masyarakat Jawa prinsip musyawarah dan mufakat menempati posisi penting dalam sistem pengambilan keputusan.
1. BALAI DESA


Bale – bale tempat untuk kepentingan intern desa / kampung berlokasi didalam wilayah Pemerintahan Desa. Rumah  yang digunakan biasanya adalah rumah bentuk Joglo / Kampung dan pola pertemuan  menggunakan pola pertemuan Tapel Kuda, karena bentuk pertemuan ini paling ideal dan menghilangkan batas status sosial secara tajam.
Pada ruangan dalam Bangsal Kepatihan Yogyakarta terdiri dari dua lantai yaitu Tengah / Penanggap dan Serambi untuk membedakan status sosial dan jabatan. Sedangkan padaBalai Desa / Kecamatan dibuat demikian untuk Sesepuh / Pinituwo / Tuwo Desa. Namun sekarang ini lantai pertemuan hanyaah datar saja dan tempat untuk pejabat biasanya menghadap kearah pintu masuk bangunan.

 
Keterangan :
a.       Lantai Tengah
b.      Lantai Penanggap
c.       Serambi ( Tempat untuk tamu kehormatan )
d.      Serambi untuk hadirin

2. CAKRUK / GARDHU RONDA


Ada pula tempat untuk musyawarah non – formal yang digunakan pada saat menjaga malam yang disebut gardhu ronda. Ronda dilengkapi oleh kentongan untuk memanggil masyarakat bila ada bahaya.